JAKARTA (Lintas12.com) – Indonesia Menolak Seruan untuk Keluarkan Rusia dari G20.
Pemerintah mengatakan Indonesia akan mengadakan KTT G-20 secara netral dan tidak memihak, menolak seruan dari Barat untuk mengecualikan Rusia dari pertemuan tahunan 20 ekonomi terbesar dunia terkait perang di Ukraina.
“Indonesia menjabat sebagai Presidensi G20 berdasarkan aturan dan prosedur seperti kepresidenan sebelumnya,” kata Staf Khusus Menteri Luar Negeri Dian Triansyah Djani dalam jumpa pers, Kamis, seperti dikutip kantor berita Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dian mengatakan Indonesia mengundang seluruh anggota G20 seperti yang dilakukan presiden sebelumnya. “Sudah menjadi kewajiban Presidensi G20 untuk mengundang semua anggota,” kata Dian.
Indonesia, yang mengambil alih kepresidenan G20 tahun ini dari Italia, menghadapi tindakan penyeimbangan yang rumit untuk memastikan bahwa konflik tersebut tidak akan menggagalkan upaya bersama yang diperlukan dari anggota kelompok itu untuk memulihkan ekonomi global pasca pandemi Covid-19 serta untuk menyelesaikan tekanan jangka panjang. -masalah istilah seperti perubahan iklim.
Dian mengatakan Indonesia juga sedang melakukan konsultasi dengan seluruh anggota G20 tentang apa yang perlu dilakukan untuk pemulihan ekonomi dan agenda prioritas.
Dia mengatakan, Presidensi G20 Indonesia akan fokus pada upaya untuk mengatasi pemulihan ekonomi global yang menjadi prioritas penduduk dunia.
“Karena saat ini dunia belum keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19. Negara-negara berkembang masih sulit menemukan ekonominya. Dan kita mendorong pemulihan global,” kata Dian.
Kepresidenan G20 Indonesia, kata dia, diharapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan berjalan dengan baik.
“Kami sedang melakukan konsultasi dengan semua pihak agar Kepresidenan G20 Indonesia dapat berjalan sebagaimana mestinya,” ujarnya.
Muhaimin Iskandar, wakil ketua DPR, sependapat dengan pemerintah. “Kami telah meminta dan berharap Presiden Putin untuk menghadiri KTT G20 di Bali,” katanya usai pertemuan dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, Kamis.
“Suasana hari ini mengingatkan kita untuk membangun tatanan dunia baru yang lebih damai. Tidak ada ketegangan militer antar negara. Tidak ada ketegangan antara Barat dan Timur. Kami ingin Rusia menjadi penggerak utama perdamaian; lokomotif perdamaian tatanan dunia baru yang manusiawi, adil, demokratis, kemanusiaan, dan damai,” kata Muhaimin.
Komentar para pejabat itu muncul setelah seruan dari beberapa politisi di Barat untuk mengecualikan Rusia dari forum G20 dalam beberapa hari terakhir.
Presiden AS Joe Biden mengulangi seruan itu pada Kamis malam saat ia bertemu dengan sekutunya di Brussel pada Kamis.
“Jawaban saya adalah ya, tetapi itu tergantung pada G20,” kata Biden, saat ditanya dalam konferensi pers yang disiarkan televisi tentang penghapusan Rusia dari G20. Dia menambahkan, jika Indonesia atau anggota lain tidak setuju dengan gagasan itu, Ukraina harus diizinkan menghadiri pertemuan kelompok itu sebagai pengamat.
Dubes Vorobieva sebelumnya mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin belum dikonfirmasi untuk menghadiri KTT G-20. Namun, dia ingin berpartisipasi dan telah diundang secara resmi oleh pemerintah Indonesia.
“Itu semua tergantung pada banyak hal, dan situasinya menjadi lebih baik atau lebih buruk. Sejauh ini, dia telah menyatakan bahwa dia ingin hadir. Rusia telah menerima undangan, dan Presiden Putin mengatakan dia ingin hadir,” kata Vorobieva.
“Rusia sangat mendukung prioritas Kepresidenan Indonesia sesuai slogan ‘Pulihkan Bersama, Pulihkan Lebih Kuat.’ Kami mengapresiasi posisi Kepresidenan Indonesia dalam G-20 dan upaya pemerintah Indonesia mengundang Rusia,” ujarnya.
Lintas 12 – portal berita Indonesia tentang Indonesia Menolak Seruan untuk Keluarkan Rusia dari G20.