Lintas 12 – Ba’asyir Muncul di Upacara Hari Kemerdekaan, Mengejutkan!
Mantan narapidana terorisme Abu Bakar Ba’asyir, yang dikenal sebagai pemimpin spiritual kelompok militan bayangan Jemaah Islamiyah yang bertujuan untuk mendirikan negara Islam di Indonesia, melakukan hal yang tidak terduga pada hari Rabu ketika ia berpartisipasi dalam upacara Hari Kemerdekaan di pondok pesantrennya di Kabupaten Sukoharho Jawa Tengah.
Itu juga merupakan upacara 17 Agustus pertama yang diadakan oleh Pondok Pesantren Al Mukmin sejak Ba’asyir mendirikannya pada tahun 1972.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ulama tua itu telah lama mendorong para pengikut dan muridnya untuk menentang pemerintah kecuali konstitusi diganti dengan Alquran dan menolak untuk mengakui simbol negara apa pun.
Mengenakan pakaian Muslim putih dan membawa tongkat, Ba’asyir menunjukkan rasa hormat yang mendalam di seluruh proses, seperti yang dikutip media ini dari sebuah Kompas.
“Ini adalah upacara [Hari Kemerdekaan] pertama di sini sejak sekolah itu didirikan,” Ba’asyir, yang lahir 84 tahun lalu hari ini, mengatakan kepada situs berita.
Kesediaannya untuk akhirnya mengakui simbol-simbol negara rupanya mendapat perhatian pemerintah, karena Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy diutus untuk memimpin upacara tersebut.
Turut hadir dalam upacara tersebut para pimpinan kepolisian dan militer setempat yang duduk di barisan yang sama dengan Ba’asyir.
Penyelenggara mengatakan sekitar 1.300 siswa mengambil bagian dalam upacara dengan personel militer yang terlibat dalam persiapan untuk melatih pengibar bendera nasional beberapa hari sebelumnya.
Ba’asyir memiliki sejarah panjang mengutuk simbol negara dan ditangkap pada tahun 1983 selama rezim Soeharto karena menghasut orang lain untuk meninggalkan ideologi negara Pancasila dan karena mengatakan bahwa hormat kepada bendera nasional adalah bentuk kemurtadan.
Setelah menghabiskan lebih dari satu dekade di negara tetangga Malaysia untuk menghindari aparat hukum Soeharto, ia kembali pada tahun 1999 untuk mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia yang bertujuan untuk menerapkan hukum Islam di Indonesia.
Dia ditangkap oleh Polri atas dugaan perannya dalam bom Bali kembar 12 Oktober 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang dan dijatuhi hukuman 30 bulan penjara karena “memberikan restunya” kepada para pelaku bom.
Tidak ada bukti keterlibatan langsungnya dalam pengeboman tetapi polisi dan beberapa petugas percaya dia adalah pemimpin spiritual Jemaah Islamiyah, kelompok di balik serangan mematikan yang korbannya kebanyakan turis asing.
Pada 2011, Baasyir divonis 15 tahun penjara karena menyelenggarakan pelatihan paramiliter bagi para militan di provinsi Aceh. Dia mendapat pembebasan penuh Januari lalu.
Awal bulan ini, Ba’asyir muncul dalam sebuah video dan mengatakan dia akhirnya menerima Pancasila sebagai ideologi negara karena ulama Muslim terlibat dalam perumusannya pada tahun 1945 dan juga karena yang pertama dari lima prinsip dalam Pancasila adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
“Dulu saya percaya Pancasila itu syirik, tapi setelah saya pelajari lebih lanjut, kecil kemungkinan para ulama itu akan menerima ideologi negara yang menganut paham politeisme. Ulama wajib membuktikan itikad baiknya,” ujarnya.
Lintas 12 – Portal Berita Indonesia tentang: Ba’asyir Muncul di Upacara Hari Kemerdekaan, Mengejutkan!