Cacar monyet tidak lebih ganas dari COVID-19, fakta!

Senin, 22 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers HWG ke-3 di Hotel Hilton, Nusa Dua Bali, Senin, 22 Agustus 2022.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers HWG ke-3 di Hotel Hilton, Nusa Dua Bali, Senin, 22 Agustus 2022.

Lintas 12Cacar monyet tidak lebih ganas dari COVID-19, fakta!

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat tetap tenang menyusul ditemukannya kasus pertama cacar monyet di Indonesia, karena virusnya tidak separah SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Bisa dikatakan bahwa cacar monyet atau monkeypox tidak lebih ganas dari virus penyebab COVID-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Cacar monyet sudah (menyebar) ke seluruh dunia, teridentifikasi sebanyak 35 ribu kasus positif. Sementara itu, jumlah kasus COVID-19 sudah mencapai jutaan,” kata Menteri Sadikin saat konferensi pers HWG ke-3 di Hilton. Hotel, Nusa Dua, Bali, pada hari Senin.

Menteri menjelaskan bahwa cacar monet atau monkeypox menyebar dengan kecepatan yang jauh berbeda dibandingkan dengan COVID-19. Penularan penyakit terjadi ketika gejala ditunjukkan sebagai penolakan terhadap COVID-19 yang dapat menyebar bahkan tanpa gejala, sehingga menginfeksi orang lain dengan kekebalan yang lemah.

Gejala yang umumnya muncul pada penderita cacar monyet atau monkeypox adalah bintik-bintik dan benjolan atau lepuh berisi nanah, ujarnya.

“Kalau fleknya tidak hilang, tidak menular. Jadi lebih mudah menghindarinya,” ujarnya.

Penularan cacar monyet atau monkeypox tidak semudah COVID-19 yang dapat menularkan virus dalam masa inkubasi maksimal 14 hari melalui droplet atau cairan oral, ujarnya. Monkeypox ditularkan melalui kontak fisik dengan penderita.

“Jika seseorang sakit dan telah muncul bintik-bintik di seluruh tubuh, maka tidak boleh ada kontak fisik dengan orang yang bersangkutan,” ia mengingatkan.

Dia menyatakan keyakinannya bahwa orang yang lahir sebelum era vaksinasi cacar pada tahun 1980 memiliki tingkat antibodi yang lebih kuat daripada mereka yang lahir setelah periode tersebut.

“(Untuk) virus monkeypox, vaksinasinya sampai tahun 1980, dan (perlindungannya) aktif seumur hidup. Bagi yang lahir sebelum tahun itu, tetap harus dilindungi (dari monkeypox sekalipun) mungkin tidak 100 persen,” ujarnya. berkomentar.

Adapun kematian yang disebabkan oleh monkeypox, jumlahnya secara global sangat rendah, katanya. Dari sekitar 35 ribu kasus yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini sudah 12 orang meninggal dunia.

Berdasarkan fakta-fakta itu, maka bisa dipastikan bahwa Cacar monyet tidak lebih ganas dari COVID-19.

“Bahkan tidak mati karena virus monkeypox, karena hanya terkena kulit saja tidak bisa menyebabkan kematian,” katanya.

Penyebab utama kematian di antara pasien cacar monyet adalah penyebaran bakteri dari lesi pada jari atau tangan yang dapat menjadi sangat gatal dan jika terjadi infeksi sekunder yang mempengaruhi paru-paru atau jaringan otak.

“Penyebabnya adalah infeksi kulit. Ketika (lesi menjadi) gatal dan kulit tergores, infeksi dapat menyebar di tubuh melalui luka, dan (tubuh) terinfeksi bakteri, dan di paru-paru, biasanya karena pneumonia, atau meningitis di otak karena bakteri. (Kematiannya) bukan karena infeksi kulit monkeypox,” jelasnya.

Sadikin mengatakan, saat ini ada dua jenis virus monkeypox yang menyebar secara global, yakni dari Afrika Barat dan Afrika Tengah.

“Satu fatal, dan satu tidak fatal. Di Indonesia tidak fatal karena pasiennya masih sehat,” katanya.

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin mengikuti protokol kesehatan, menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Selain itu, mereka harus secara konsisten menjaga kebersihan.

Lintas 12 – Portal Berita Indonesia tentang Cacar monyet tidak lebih ganas dari COVID-19, fakta!

Komentar dengan Facebook

Berita Terkait

Kenapa BAB Harus Jongkok? Ini Alasan Ilmiahnya!
Penyebab Kanker Ginjal yang Dialami oleh Vidi Aldiano
Mitos Kanker Prostat dan Kemasan Galon Guna Ulang: Fakta yang Sebenarnya
Nyeri Ulu Hati: Mengenal Tanda Sakit Jantung dan Asam Lambung
Varian Baru Covid-19 Eris Sudah Hadir di Indonesia Sejak 2 Bulan yang Lalu
Perbedaan Antara Diabetes Kering dan Basah: Penanganan dan Pencegahannya
Manfaat Kesehatan Makanan Pedas
Apakah Diabetes Tipe 1 Bersifat Genetik? Ini Pendapat Para Ahli

Berita Terkait

Rabu, 18 Desember 2024 - 21:44 WIB

Kenapa BAB Harus Jongkok? Ini Alasan Ilmiahnya!

Jumat, 13 Oktober 2023 - 21:31 WIB

Penyebab Kanker Ginjal yang Dialami oleh Vidi Aldiano

Senin, 25 September 2023 - 15:59 WIB

Mitos Kanker Prostat dan Kemasan Galon Guna Ulang: Fakta yang Sebenarnya

Rabu, 16 Agustus 2023 - 20:37 WIB

Nyeri Ulu Hati: Mengenal Tanda Sakit Jantung dan Asam Lambung

Kamis, 10 Agustus 2023 - 23:55 WIB

Varian Baru Covid-19 Eris Sudah Hadir di Indonesia Sejak 2 Bulan yang Lalu

Berita Terbaru

Warga Gaza ambil bagian dalam protes anti-Hamas, yang menyerukan diakhirinya perang dengan Israel, di Beit Lahia di Jalur Gaza utara pada 26 Maret 2025. (File/AFP)

Timur Tengah

Hamas serukan melawan rencana Trump di Gaza

Senin, 31 Mar 2025 - 22:28 WIB

Global

Kemhan Kirim 12 Ton Bantuan untuk Korban Gempa Myanmar

Senin, 31 Mar 2025 - 22:01 WIB

Religi

Panduan Lengkap Niat Zakat untuk Anak dan Istri

Senin, 24 Mar 2025 - 10:35 WIB