Lintas 12 – Cacar monyet tidak lebih ganas dari COVID-19, fakta!
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat tetap tenang menyusul ditemukannya kasus pertama cacar monyet di Indonesia, karena virusnya tidak separah SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Bisa dikatakan bahwa cacar monyet atau monkeypox tidak lebih ganas dari virus penyebab COVID-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Cacar monyet sudah (menyebar) ke seluruh dunia, teridentifikasi sebanyak 35 ribu kasus positif. Sementara itu, jumlah kasus COVID-19 sudah mencapai jutaan,” kata Menteri Sadikin saat konferensi pers HWG ke-3 di Hilton. Hotel, Nusa Dua, Bali, pada hari Senin.
Menteri menjelaskan bahwa cacar monet atau monkeypox menyebar dengan kecepatan yang jauh berbeda dibandingkan dengan COVID-19. Penularan penyakit terjadi ketika gejala ditunjukkan sebagai penolakan terhadap COVID-19 yang dapat menyebar bahkan tanpa gejala, sehingga menginfeksi orang lain dengan kekebalan yang lemah.
Gejala yang umumnya muncul pada penderita cacar monyet atau monkeypox adalah bintik-bintik dan benjolan atau lepuh berisi nanah, ujarnya.
“Kalau fleknya tidak hilang, tidak menular. Jadi lebih mudah menghindarinya,” ujarnya.
Penularan cacar monyet atau monkeypox tidak semudah COVID-19 yang dapat menularkan virus dalam masa inkubasi maksimal 14 hari melalui droplet atau cairan oral, ujarnya. Monkeypox ditularkan melalui kontak fisik dengan penderita.
“Jika seseorang sakit dan telah muncul bintik-bintik di seluruh tubuh, maka tidak boleh ada kontak fisik dengan orang yang bersangkutan,” ia mengingatkan.
Dia menyatakan keyakinannya bahwa orang yang lahir sebelum era vaksinasi cacar pada tahun 1980 memiliki tingkat antibodi yang lebih kuat daripada mereka yang lahir setelah periode tersebut.
“(Untuk) virus monkeypox, vaksinasinya sampai tahun 1980, dan (perlindungannya) aktif seumur hidup. Bagi yang lahir sebelum tahun itu, tetap harus dilindungi (dari monkeypox sekalipun) mungkin tidak 100 persen,” ujarnya. berkomentar.
Adapun kematian yang disebabkan oleh monkeypox, jumlahnya secara global sangat rendah, katanya. Dari sekitar 35 ribu kasus yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini sudah 12 orang meninggal dunia.
Berdasarkan fakta-fakta itu, maka bisa dipastikan bahwa Cacar monyet tidak lebih ganas dari COVID-19.
“Bahkan tidak mati karena virus monkeypox, karena hanya terkena kulit saja tidak bisa menyebabkan kematian,” katanya.
Penyebab utama kematian di antara pasien cacar monyet adalah penyebaran bakteri dari lesi pada jari atau tangan yang dapat menjadi sangat gatal dan jika terjadi infeksi sekunder yang mempengaruhi paru-paru atau jaringan otak.
“Penyebabnya adalah infeksi kulit. Ketika (lesi menjadi) gatal dan kulit tergores, infeksi dapat menyebar di tubuh melalui luka, dan (tubuh) terinfeksi bakteri, dan di paru-paru, biasanya karena pneumonia, atau meningitis di otak karena bakteri. (Kematiannya) bukan karena infeksi kulit monkeypox,” jelasnya.
Sadikin mengatakan, saat ini ada dua jenis virus monkeypox yang menyebar secara global, yakni dari Afrika Barat dan Afrika Tengah.
“Satu fatal, dan satu tidak fatal. Di Indonesia tidak fatal karena pasiennya masih sehat,” katanya.
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin mengikuti protokol kesehatan, menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Selain itu, mereka harus secara konsisten menjaga kebersihan.
Lintas 12 – Portal Berita Indonesia tentang Cacar monyet tidak lebih ganas dari COVID-19, fakta!