Menyimak Tren Terbaru “Bed Rotting” di Kalangan Generasi Z oleh situs berita LINTAS 12 – LINTAS12.COM.
Trend terkini yang sedang digemari oleh Generasi Z atau Gen Z adalah “Bed Rotting”, sebuah aktivitas di mana mereka menghabiskan waktu di tempat tidur dalam jangka waktu tertentu bukan untuk tidur, melainkan sebagai bentuk perawatan diri pasif. Mungkin karena mereka merasa jenuh dengan keterlibatan sosial yang terus-menerus, tren ini semakin populer di kalangan mereka.
Sebuah laporan dari health.com, pada Jumat (28/7) waktu setempat, menyatakan bahwa para ahli setuju bahwa merawat diri dengan melakukan “Bed Rotting” penting untuk mengelola stres dan meningkatkan energi. Aktivitas perawatan diri ini memiliki peran signifikan dalam menjaga kesehatan fisik dan mental, namun perlu dilakukan dengan bijak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagaimana diungkapkan oleh Cortney DeAngelis, PsyD, seorang psikolog di NewYork-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, “Orang-orang mungkin menggunakan praktik ini untuk memberi diri mereka kesempatan untuk ‘mengisi ulang baterai mereka’.”
“Bed Rotting” dapat memberikan manfaat yang menenangkan bagi beberapa orang dalam jangka pendek, terutama bagi mereka yang bekerja berjam-jam dengan tuntutan fisik atau mental yang tinggi. Namun, perlu diingat bahwa jika aktivitas ini berlangsung lebih dari satu atau dua hari, maka hal tersebut harus dijadikan perhatian serius.
Dr. Ryan Sultan, seorang asisten profesor psikiatri klinis di Columbia University Irving Medical Center/New York State Psychiatric Institute, mengingatkan bahwa jika “Bed Rotting” menjadi kebiasaan, maka dapat menjadi tanda adanya depresi atau masalah kesehatan mental lainnya.
Cortney DeAngelis menambahkan bahwa terlalu lama berlama-lama di tempat tidur juga dapat mengurangi waktu yang dapat dihabiskan untuk berhubungan dengan teman atau orang yang dicintai. Jika seseorang berhenti terlalu lama tanpa menyelesaikan tugas atau kewajiban sekolah atau pekerjaan, hal itu pada akhirnya bisa menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, dia menekankan bahwa “Bed Rotting” sebaiknya dilakukan dalam jumlah yang tepat dan proporsional untuk menghindari efek negatifnya.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan apa yang dilakukan selama “Bed Rotting”. Jika sebagian besar waktu dihabiskan untuk tidur, hal tersebut dapat menjadi masalah tersendiri. Oleh karena itu, sebaiknya kamar tidur dan tempat tidur hanya digunakan untuk tidur dan aktivitas pribadi saja. Melatih otak untuk mengasosiasikan tempat tidur hanya dengan tidur dapat membantu meningkatkan kualitas tidur seseorang.
Dr. DeAngelis juga menegaskan bahwa “Bed Rotting” sebelum tidur dapat menimbulkan masalah tidur, terutama jika seseorang terlibat dalam aktivitas lain seperti bekerja atau menonton video. Ini dapat menyulitkan seseorang untuk merilekskan pikiran dan akhirnya tertidur.
Sebagai solusi terbaik, “Bed Rotting” sebaiknya dilakukan di luar kamar tidur, di tempat yang nyaman untuk beristirahat. Kemudian, setelah merasa cukup rileks dan siap untuk tidur, baru pergi ke tempat tidur.
Dalam konteks tertentu, aktivitas “Bed Rotting” mungkin menarik bagi mereka yang mengalami depresi klinis atau kecemasan. Pasalnya, orang dengan kondisi ini cenderung memiliki energi dan suasana hati yang rendah serta minat terhadap aktivitas yang biasanya mereka nikmati.
Namun, perlu diingat bahwa “Bed Rotting” sendiri tidak dapat memperbaiki gejala depresi atau kecemasan secara signifikan. Bahkan, melakukan lebih sedikit aktivitas hanya bisa memicu siklus depresi atau kecemasan yang lebih buruk.
Dalam melakukan “Bed Rotting”, penting untuk melakukannya dengan sehat dan bijaksana. Cobalah untuk menyediakan waktu istirahat dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dan terbukti membantu merilekskan diri, seperti membaca, bermeditasi, membuat jurnal, atau yoga ringan.
Batasan waktu juga perlu diterapkan agar “Bed Rotting” tidak berubah menjadi kebiasaan yang merugikan. Menempatkan pengatur waktu di ponsel sebagai pengingat dapat membantu seseorang beralih ke aktivitas lain dengan tepat waktu.
Sementara “Bed Rotting” dapat memberikan kelonggaran sementara dari tekanan kehidupan modern, penting untuk tidak mengandalkan ini sebagai kebiasaan sehari-hari. Jika seseorang merasa terjebak dalam “Bed Rotting” berlebihan atau mengalami tanda-tanda depresi, sangat disarankan untuk mencari bantuan profesional.
Dalam akhir kata, “Bed Rotting” adalah aktivitas yang dapat menjadi sarana perawatan diri yang menyenangkan jika dilakukan dengan bijaksana dan proporsional. Sebaliknya, jika dilakukan secara berlebihan, dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Oleh karena itu, mari terus jaga keseimbangan dan kesadaran dalam merawat diri agar tetap sehat dan bahagia.
Demikian informasi seputar Menyimak Tren Terbaru “Bed Rotting” di Kalangan Generasi Z oleh situs berita LINTAS 12 – LINTAS12.COM.