Tiongkok Diduga Tanam Malware di Sistem Pertahanan oleh situs berita LINTAS 12 – LINTAS12.COM melalui kanal Cyberattacks.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) meyakini bahwa Tiongkok telah berhasil menanamkan perangkat berbahaya di berbagai sistem pertahanan. Jika digunakan, perangkat ini dapat mengganggu komunikasi dan operasi pasokan militer.
Saat ini, AS sedang berupaya mencari dan berharap dapat menonaktifkan perangkat tersebut. Perangkat berbahaya ini dikenal dengan istilah “malware,” yaitu perangkat lunak yang dirancang oleh penjahat siber untuk memperoleh akses ilegal ke sistem. Dampak dari malware ini bisa mencakup kerusakan atau pencurian data berharga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seorang pejabat AS mengungkapkan seperti dikutip dari laman The New York Times pada hari Sabtu (29/7), “Pemerintah AS percaya ada kode komputer berbahaya yang telah disembunyikan Tiongkok di dalam jaringan yang mengendalikan listrik, sistem komunikasi, dan pasokan air yang menyuplai pangkalan militer.”
Para pejabat kongres AS juga menyatakan bahwa perangkat berbahaya ini seperti “bom waktu” yang memungkinkan Tiongkok untuk memutus aliran listrik, air, dan komunikasi ke pangkalan militer serta memperlambat pengerahan pasukan dan pasokan selama operasi militer. Jika berhasil digunakan, malware ini berpotensi memberikan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok kemampuan untuk mengganggu operasi militer AS jika Tiongkok mengambil tindakan agresif terhadap Taiwan.
Pemerintah AS telah mengadakan serangkaian pertemuan di Gedung Putih yang melibatkan pejabat tinggi militer, intelijen, dan keamanan nasional untuk melacak dan mengatasi perangkat berbahaya tersebut. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional, Adam Hodge, menegaskan bahwa pemerintah telah memerintahkan pengamanan yang ketat di jaringan siber untuk pertama kalinya.
“Pemerintahan (Presiden Joe) Biden bekerja tanpa henti untuk mempertahankan AS dari segala gangguan terhadap infrastruktur penting kami, termasuk dengan mengoordinasikan upaya antarlembaga untuk melindungi sistem air, jaringan pipa, sistem kereta api, dan penerbangan”, ujarnya.
Temuan ini meningkatkan kekhawatiran bahwa peretas dapat mengganggu operasi militer AS jika terjadi konflik di masa mendatang. Saat ini, hubungan antara AS dan Tiongkok sedang memanas dengan banyak perbedaan pandangan, termasuk masalah pelanggaran hak asasi manusia, status Taiwan, dan sikap Tiongkok di wilayah Indo-Pasifik.
Perlu dicatat bahwa ini bukan kali pertama peretasan berasal dari Tiongkok. CNN melaporkan bahwa minggu lalu, akun email Duta Besar AS untuk Tiongkok, Nicholas Burns, juga diretas.
Pada awal bulan ini, Microsoft dan Gedung Putih mengonfirmasi bahwa peretas berbasis di Tiongkok telah meretas akun email di dua puluh empat organisasi, termasuk beberapa agen federal. Microsoft menyatakan bahwa operasi peretasan ini terjadi pada pertengahan Mei.
Sejumlah lembaga, termasuk Departemen Luar Negeri dan Departemen Perdagangan AS, menjadi target peretasan tersebut. Para pejabat AS dan analis Microsoft awalnya kesulitan mengidentifikasi bagaimana peretas dapat masuk ke akun email tersebut, menunjukkan bahwa mereka berurusan dengan tim peretasan yang canggih. Pemerintahan Biden percaya bahwa operasi peretasan ini memberikan informasi kepada pemerintah Tiongkok tentang kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Beijing pada bulan Juni sebelumnya.
Pada akhir bulan Mei, Microsoft juga mengungkapkan bahwa peretas telah menyerang fasilitas militer AS di Guam, dan aktivitas berbahaya juga terdeteksi di tempat lain di AS. Serangan yang dilakukan diam-diam ini telah berlangsung sejak pertengahan 2021 dan mungkin ditujukan untuk menghambat AS dalam skenario konflik regional.
Pihak berwenang di Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Inggris juga telah memperingatkan bahwa peretasan dari Tiongkok berpotensi terjadi secara global dan dapat memengaruhi berbagai infrastruktur. Negara-negara tersebut merupakan sekutu AS.
Selama ini, pemerintah AS telah mengidentifikasi Tiongkok sebagai musuh utama mereka di dunia maya. Masalah peretasan ini telah menjadi sumber ketegangan bilateral antara kedua negara selama beberapa tahun terakhir. FBI bahkan menyatakan bahwa program peretasan yang dimiliki oleh Beijing lebih besar daripada gabungan semua pemerintah lainnya.
Demikian isi berita seputar Tiongkok Diduga Tanam Malware di Sistem Pertahanan oleh situs berita LINTAS 12 – LINTAS12.COM melalui kanal Cyberattacks.