lintas12.com – Korban Tewas Gempa Maroko Tembus 2.000 Orang, Penyintas Tidur di Tempat Terbuka dibahas dalam artikel berita ini oleh Portal Berita Indonesia, LINTAS 12 melalui kanal Global.
Para penyintas gempa bumi di Maroko berkumpul untuk bermalam di alam terbuka di Pegunungan High Atlas pada Sabtu, (9/9/2023) setelah gempa dahsyat merenggut lebih dari 2.000 nyawa dan meratakan desa-desa dalam bencana paling mematikan dalam enam dekade terakhir.
Warga sekitar masih mencari korban selamat yang tertimbun di reruntuhan, di mana rumah-rumah dari batu, lumpur, dan kayu runtuh dan menara masjid roboh akibat gempa yang mengguncang pada Jumat, (8/9/2023) malam. Kerusakan parah juga melanda kota tua bersejarah Marrakesh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Kementerian Dalam Negeri, sebanyak 2.012 jiwa korban tewas dan 2.059 lainnya terluka dalam peristiwa gempa Maroko ini, termasuk 1.404 dalam kondisi kritis. Survei Geologi AS (USGS) mencatat kekuatan gempa mencapai 6,8 skala Richter dengan pusat gempa sekitar 72 km barat daya Marrakesh.
Di desa Amizmiz, petugas penyelamat dengan susah payah mengangkat puing-puing. Batu-batu yang runtuh menghalangi akses menuju para korban gempa. Di luar rumah sakit, sekitar 10 jenazah ditutupi selimut sementara kerabat berduka di sekitarnya.
“Ketika saya merasakan bumi berguncang di bawah kaki saya dan rumah mulai bergoyang, saya segera membawa keluar anak-anak saya. Sayangnya, tetangga saya tidak berhasil melakukannya,” kata Mohamed Azaw, seorang penyintas seperti yang dilaporkan oleh Reuters. Sayangnya, tak ada yang selamat dari keluarga itu. Ayah dan putra Azaw ditemukan meninggal, sementara ibu dan putrinya masih dalam pencarian.
Tim penyelamat berjuang di tengah reruntuhan gempa maroko di Amizmiz, dengan karpet dan perabotan menjulang dari puing-puing. Antrian panjang terbentuk di depan satu-satunya toko yang masih buka, warga mencari persediaan. Kendala yang dihadapi tim penyelamat termasuk batu-batu besar yang menghalangi jalan menuju desa terdekat.
Hampir semua rumah di daerah Asni, sekitar 40 km selatan Marrakesh rusak akibat gempa, dan penduduknya bersiap untuk tidur di alam terbuka. Persediaan makanan terbatas karena dapur-dapur runtuh, kata Mohamed Ouhammo, warga desa.
Montasir Itri, warga Asni, mengatakan upaya penyelamatan terus berlanjut: “Tetangga kami tewas tertimbun di bawah reruntuhan, dan orang-orang bekerja keras untuk menyelamatkan korban dengan sumber daya yang tersedia di desa ini.”
Desa Tansghart di wilayah Ansi, di lembah tempat jalan dari Marrakesh naik ke High Atlas, merupakan desa yang menjadi korban gempa paling parah terkena dampak, seperti yang dilaporkan oleh Reuters. Rumah-rumah yang dulunya cantik dan melekat di lereng bukit yang curam kini rusak, hanya tersisa reruntuhan dan dinding yang runtuh. Dua menara masjid juga tak terhindarkan dari keruntuhan.
Abdellatif Ait Bella, seorang buruh, terbaring di tanah dengan luka-luka akibat puing-puing. Dia hampir tak bisa bergerak atau berbicara.
“Kami tidak memiliki tempat tinggal lagi dan tidak ada makanan sejak kemarin,” kata Saida Bodchich, istrinya, khawatir akan masa depan keluarga mereka yang beranggotakan enam orang, dengan satu-satunya pencari nafkah mereka menjadi korban dan mengalami luka parah. “Kita hanya bisa berharap kepada Tuhan.”
Desa ini berduka atas sepuluh korban yang tewas, termasuk dua gadis remaja, seperti yang diungkapkan oleh seorang penduduk.
Guncangan gempa juga terasa hingga ke Huelva dan Jaen di selatan Spanyol. Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa lebih dari 300.000 orang terdampak di Marrakesh dan sekitarnya.
Rekaman kamera jalanan di Marrakesh menunjukkan momen gempa mengguncang, orang-orang tiba-tiba merasa ketakutan dan berusaha mencari perlindungan saat debu dan puing-puing berjatuhan.
Di jantung kota tua yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, sebuah menara masjid runtuh di Lapangan Jemaa al-Fna. Beberapa rumah di kota tua yang padat penduduk juga roboh, dan warga membersihkan puing-puing dengan tangan mereka sambil menunggu alat berat.
Pemerintah Maroko telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional, dengan bendera nasional dikibarkan setengah tiang di seluruh negeri.
Angkatan Bersenjata Maroko akan mengirim tim penyelamat untuk memberikan air minum bersih, persediaan makanan, tenda, dan selimut kepada para korban gempa di daerah yang terkena dampak, tambahnya.
Turki, yang sendiri pernah dilanda gempa bumi dahsyat pada Februari yang merenggut korban lebih dari 50.000 nyawa tewas, merupakan salah satu negara yang menyatakan solidaritas dan menawarkan bantuan.
Aljazair, yang memutuskan hubungan dengan Maroko pada 2021, mengumumkan bahwa mereka akan membuka wilayah udara mereka untuk penerbangan kemanusiaan dan medis guna menolong para korban.
Gempa tersebut terjadi pada kedalaman 18,5 km, yang biasanya menghasilkan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan gempa dalam dengan kekuatan serupa. Ini adalah gempa bumi paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960 ketika diperkirakan menewaskan setidaknya 12.000 orang, menurut USGS.
Profesor Mohammad Kashani dari Universitas Southampton, seorang pakar teknik struktural dan gempa, membandingkan pemandangan setelah gempa dengan gambar dari Turki pada Februari: “Daerah ini penuh dengan bangunan-bangunan tua dan bersejarah, sebagian besar terbuat dari batu. Banyak struktur beton bertulang yang runtuh tampaknya sudah tua atau tidak memenuhi standar.”
Marrakesh akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia mulai 9 Oktober. Namun, seorang juru bicara IMF menekankan bahwa saat ini fokus mereka adalah pada rakyat Maroko dan tanggapan atas tragedi ini.
Demikian perkembangan berita dunia seputar Korban Tewas Gempa Maroko Tembus 2.000 Orang, Penyintas Tidur di Tempat Terbuka yang dibahas dalam artikel berita ini oleh Portal Berita Indonesia, LINTAS 12 melalui kanal Global.